Beranda | Artikel
Iman Kepada Takdir Baik dan Buruk
Minggu, 14 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Iman Kepada Takdir Baik dan Buruk adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas pada Sabtu, 1 Rajab 1442 H / 13 Februari 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Iman Kepada Takdir Baik dan Buruk

Golongan yang selamat, Ahlus Sunnah wal Jama’ah beriman kepada qadar yang baik maupun buruk. Iman kepada qadar meliputi iman kepada setiap nash tentang qadar serta tingkatannya. Tidak ada seorang pun yang dapat menolak ketetapan Allah ‘Azza wa Jalla.

Iman kepada qadha’ dan qadar sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya oleh Malaikat Jibril, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ

“Engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada hari akhir, dan iman kepada qadar baik dan buruk.” (HR. Muslim)

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan

Iman kepada qadar memiliki empat tingkatan:

1. Al-‘Ilmu (Ilmu)

Yaitu, mengimani bahwa Allah dengan ilmuNya, yang merupakan Sifat-Nya yang azali dan abadi, Allah Maha Mengetahui semua yang ada di langit dengan seluruh isinya, juga semua yang ada di bumi dengan seluruh isinya, serta apa yang ada di antara keduanya, baik secara global maupun secara rinci, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.

Allah Maha Mengetahui tentang daun yang kering ataupun basah, biji-bijian yang tumbuh dan lainnya. Allah Maha Mengetahui semua yang ghaib dan Allah Maha Mengetahui segala amal perbuatan makhlukNya, Allah mengetahui segala ihwal mereka, seperti taat, maksiat, rezeki, ajal, bahagia, celaka, dan lainnya. Artinya ilmu Allah meliputi segala sesuatu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

“Dan kunci-kunci semua yang ghaib ada pada Allah; tidak ada yang mengetahui melainkan Allah sendiri, Allah mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang Allah tidak mengetahuinya, tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-An’am[6]: 59)

Artinya semua yang ada di langit dan di bumi sudah diketahui oleh Allah dan sudah tercatat di Lauhul Mahfudz dan itu semua berjalan atas kehendak Allah.

Ketika kita susah, sulit, sakit, Allah tahu. Yang memberikan cobaan itu adalah Allah. Maka kita harus mengadukannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang menghilangkan semua kesulitan adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Al-Kitaabah (Penulisan)

Yaitu, mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencatat seluruh takdir makhluk di Lauhul Mahfudz.

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.

“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، قَالَ لَهُ: اُكْتُبْ! قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اُكْتُبْ مَقَادِيْرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ.

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah Qalam (pena), lalu Allah berfirman kepadanya: ‘Tulislah!’ Ia menjawab: ‘Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman: ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya kiamat.’” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad dan yang lainnya)

Semua yang kita lakukan ini sudah tercatat di Lauhul Mahfudz, sampai manusia masuk surga atau neraka Allah sudah catat semuanya. Tapi tidak ada satupun yang tahu, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga tidak tahu apa yang sudah Allah catat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tidaklah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj[22]: 70)

Allah juga berfirman:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّـهِ يَسِيرٌ ﴿٢٢﴾ لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّـهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿٢٣﴾

Tiadalah musibah (bencana) yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfudz), sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Supaya kalian tidak berduka cita dengan apa yang terluput dari kalian, dan supaya kalian tidak bergembira dengan apa yang kalian peroleh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan angkuh.” (QS. Al-Hadid[57]: 22-23)

Oleh karena itu, apa yang telah ditakdirkan menimpa manusia tidak akan meleset darinya, dan apa yang ditakdirkan tidak mengenai manusia, maka tidak akan mengenainya, sudah kering tinta pena itu dan sudah ditutup semua catatan. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan yang lainnya)

Takdir ini mengikuti ilmu Allah, baik secara global maupun rinci. Pertama, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencatat dalam Lauhul Mahfuzh segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Sedangkan, apabila Allah menciptakan janin ketika mencapai 4 bulan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepadanya seorang malaikat yang diperintahkan untuk mencatat 4 hal, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amalnya, serta celaka atau bahagia. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dikatakan oleh para ulama salaf bahwa:

الإيمان بالقدر يذهب الهم والحزن

“Beriman kepada qadar menghilangkan kesusahan dan kesedihan.”

Kemudian yang harus diketahui oleh setiap muslim bahwa kita wajib mengimani qadha’ dan qadar yang baik dan buruk, manis dan pahit. Qadha’ dan qadar merupakan rahasia Allah yang tidak diketahui oleh seorang pun dari makhlukNya. Dan kewajiban kita adalah mengimani dan beramal sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

3. Al-Masyiiah (Kehendak)

Manusia punya kehendak, dia bisa memilih. Ketika dia diadzab oleh Allah, itu karena perbuatan dia. Tidak boleh seseorang menggunakan takdir dalam perbuatan dosa dan maksiat. Adapun musibah, maka diperbolehkan untuk mengatakan bahwa itu takdir Allah.

Masyiiah yaitu apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi. Semua gerak-gerik yang terjadi di langit dan di bumi hanyalah dengan kehendak Allah Subhanahu wa Taala, tidak ada sesuatu yang terjadi dalam kerajaanNya apa yang tidak diinginkan oleh Allah. Mengimani masyiiah (kehendak) Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pasti terlaksana dan qudrah (kekuasaan) Allah Subhanahu wa Ta’ala yang meliputi segala sesuatu.

Tentang hal ini, Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata:

مَا شِئْتَ كَانَ وَإِنْ لَمْ أَشَأْ وَمَا شِئْتُ إِنْ لَمْ تَشَأْ لَمْ يَكُنْ.

خَلَقْتَ الْعِبَادَ عَلَى مَا عَلِمْتَ فَفِي الْعِلْمِ يَجْرِي الْفَتَى وَالْمُسِنْ.

عَلَى ذَا مَنَنْتَ وَهَذَا خَذَلْتَ وَهَذاَ أَعَنْتَ وَذَا لَمْ تُعِنْ.

فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَمِنْهُمْ سَعِيْدٌ وَمِنْهُمْ قَبِيْحٌ وَمِنْهُمْ حَسَنٌ.

Apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, kendati aku tidak menghendakinya.
Sedang apa yang aku kehendaki, jika tidak Engkau kehendaki pastilah tidak terjadi.
Telah Engkau ciptakan hamba-hamba, sesuai dengan apa yang Engkau ketahui.
Di dalam ilmu berlangsung kehidupan, orang muda dan orang tua.
Kepada ini, Engkau anugerahkan, dan ini, Engkau terlantarkan.
Ini, Engkau tolong, dan ini, tidak Engkau tolong.
Di antara mereka ada celaka, dan di antara mereka ada bahagia.
Di antara mereka ada yang buruk, dan di antara mereka ada pula yang baik.

Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana, Allah memberi karunia kepada siapa yang Allah kehendaki dan Allah menahan dari siapa pun yang Allah kehendaki, Allah memberi kekuasaan kepada siapa yang Allah kehendaki dan menghinakan siapa pun yang Allah kehendaki.

Allah al-‘Aliim al-Hakiim al-Qadiir berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah: ‘Wahai Rabb pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam, Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 26-27)

Pada hakikatnya semua ilmu itu mudah. Kewajiban kita yang paling pokok adalah mengimani dan mengamalkan. Jangan bertanya kenapa begini dan begitu, kenapa Allah ciptakan ini dan itu. Itu semua sudah Allah kehendaki, kita tidak behak mengatur, yang memiliki adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

InsyaAllah poin ke-4 akan dilanjutkan pada pertemuan yang akan datang.  Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download Mp3 Kajian Tentang Iman Kepada Takdir Baik dan Buruk


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49943-iman-kepada-takdir-baik-dan-buruk/